INISIASI KALUS SECARA IN VITRO DARI DAUN Talinum paniculatum (Jacq.) Gaertn.

##plugins.themes.academic_pro.article.main##

Nisrina Nur Afiyah
Muhammad Imam Surya
Lily Ismaini
Elia Azizah
Nurcahyo Widyodaru Saputro

Abstrak

Ginseng Jawa (Talinum paniculatum (Jacq.) Gaertn.) merupakan terna yang daunnya memiliki kandungan metabolit sekunder dan dapat digunakan sebagai obat. Beberapa penelitian kultur jaringan terkait sterilisasi dan penambahan zat pengatur tumbuh pada ginseng Jawa masih belum banyak dilakukan. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui metode sterilisasi yang tepat serta melakukan optimalisasi zat pengatur tumbuh Naphthalene Acetic Acid (NAA) dan Benzylaminopurine (BAP) untuk menginisiasi kalus ginseng Jawa. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kultur Jaringan Kebun Raya Cibodas – BRIN pada bulan Agustus sampai November 2021. Metode penelitian yang digunakan adalah metode eksperimental menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) non faktorial dengan sembilan kombinasi perlakuan penambahan NAA dan BAP yang diulang sebanyak tiga kali. Eksplan daun berdiameter 7 mm ditanam pada botol kultur berisi media Murashige and Skoog yang mengandung kombinasi konsentrasi zat pengatur tumbuh NAA (0,5; 1; dan 1,5 ppm) dan BAP (0,5; 1; dan 1,5 ppm). Hasil penelitian menunjukkan bahwa eksplan yang ditanaman mampu menghasilkan kalus. Waktu kemunculan kalus antara 11-14 hari setelah inisiasi dan memiliki tekstur kompak pada semua perlakuan. Selain itu, empat warna kalus yang dihasilkan dari perlakuan ini, yaitu light olive brown, olive gray, gray brown, dan olive. Kombinasi konsentrasi terbaik diperoleh pada perlakuan N2B2 (1 ppm NAA + 1 ppm BAP). Perlakuan tersebut memberikan pertumbuhan optimal pada parameter panjang kalus sebesar 3,13 cm dan berat basah kalus sebesar 2,27 g.

##plugins.themes.academic_pro.article.details##

Cara Mengutip
Nur Afiyah N, Surya MI, Ismaini L, Azizah E, Saputro NW. 2022. INISIASI KALUS SECARA IN VITRO DARI DAUN Talinum paniculatum (Jacq.) Gaertn. Buletin Kebun Raya 25(3): 121-130. https://doi.org/10.55981/bkr.2022.801

Referensi

  1. Ariani R, Anggraito YU, Rahayu ES. 2016. Respon pembentukan kalus Koro Benguk (Mucuna pruriens L.) pada berbagai konsentrasi 2,4-D dan BAP. Jurnal MIPA 39(1): 20–28.
  2. Arimarsetiowati R. 2012. Kultur jaringan tanaman kopi. Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, 13-17
  3. Davies PJ. 1995. The plant hormone their nature, occurence and function. In Davies (ed.) Plant Hormone and Their Role in Plant Growth Development. Dordrecht Martinus Nijhoff Publisher.
  4. Dhaliwal HS, Yeung EC, Thorpe TA. 2004. TIBA inhibition of in vitro organogenesis in excised tobacco leaf explants. In Vitro Cellular & Developmental Biology-Plant 40(2): 235-238.
  5. Dwiyani R. 2015. Kultur jaringan tanaman. Pelawasari, Denpasar.
  6. Evans DE, Coleman JOD, Kearns A. 2003. Plant Cell Culture. Bios scientific publishers. London and New York.
  7. Fatmawati TA. 2008. Pertumbuhan organ tanaman buah naga (Hylocerus Undatus) pada medium MS dengan penambahan BAP dan sukrosa. Jurnal Natural Science 1(1): 27-33.
  8. Fitriyah R. 2008. Induksi akar eksplan hipokotil Ginseng jawa (Talinum paniculatum) dengan zat pengatur tumbuh auksin secara in vitro. SKRIPSI. Universitas Airlangga, Surabaya.
  9. Handoyowati G. 2016. Ketahanan kultur Kencur (Kaempferin galangal L.) secara in vitro pada konsentrasi sterilan dan jenis eksplan yang berbeda. SKRIPSI. Fakultas Pertanian. Universitas Muhammadiyah Purwokerto.
  10. Hendaryono DPS, Wijayani A. 1994. Teknik dasar kultur jaringan pengenalan dan petunjuk perbanyakan tanaman secara vegetatif. Kanisius, Yogyakarta.
  11. Hidayat S. 2005. Ginseng multivitamin alami berkhasiat, Penebar Swadaya, Bogor.
  12. Hutami S. 2008. Ulasan masalah pencoklatan pada kultur jaringan. Jurnal AgroBiogen 4(2): 83-88
  13. Indah PN, Ermavitalaini D. 2013a. Peranan zat pengatur tumbuh dalam perbanyakan tanaman melalui kultur jaringan. Jurnal Biogen 7(1): 63-66.
  14. Indah PN, Ermavitalini D. 2013b. Induksi kalus daun Nyamplung (Calophyllum inophyllum Linn.) pada beberapa kombinasi konsentrasi 6 Benzyl Amino Purine (BAP) dan 2.4 Dichlorophenoxyacetic Acid (2.4 D). Jurnal Sains dan Seni ITS 2(1): 1-6.
  15. Isnaini Y, Situmorang J. 2005. Aplikasi bioteknologi untuk pengembangan tanaman gaharu (Aquilaria spp.) di Indonesia. Studi kasus: perkembangan penelitian Gaharu di Seameo Biotrop. Perhimpunan Bioteknologi Indonesia, Malang.
  16. Julianti RF, Yulita N, Nintya S, 2021. Pengaruh konsentrasi sukrosa dalam medium MS terhadap kandungan flavonoid kalus tomat (Solanum lycopersicum syn. Lycopersicum esculentum). Journal of Biological Sciences 8(1): 141–149.
  17. Junairiah, Dewi AS, Yosephina SWM, Surahmaida. 2018. Induksi kalus Piper retrofractum Vahl. dengan zat pengatur tumbuh auksin dan sitokinin. Journal of Pharmacy and Science 3(2): 41-46.
  18. Kurz WGW, Constabel F. 1991. Produksi dan isolasi metabolit sekunder, Dalam Wetter, L.R dan F. Constabel (ed). Metode Kultur Jaringan Tanaman. Terjemahan Widianto dan B. Mathilda. Bandung: Penerbit ITB.
  19. Latunra AI, Masniawati A, Baharuddin, Wiwik A, Mustika T. 2017. Induksi kalus pisang barangan merah Musa acuminata Colla dengan kombinasi hormon 2,4-D dan BAP secara in vitro. Jurnal Ilmu Alam dan Lingkungan 8(15): 53–61.
  20. Lestari EG. 2011. Peranan zat pengatur tumbuh dalam perbanyakan tanaman melalui kultur jaringan. Jurnal AgroBiogen, 7(1): 63–68.
  21. Lestario LN, Christian AE, Martono Y. 2009. Aktivitas antioksidan daun ginseng jawa (Talinum paniculatum Gaertn). Agritech 29(2): 71–78.
  22. Mastuti R, Widoretno W, Harijati N. 2020. Kultur kalur tanaman obat ciplukan (Physalis angulata L.). BIOTROPIKA Journal of Tropical Biology 8(1): 26–35.
  23. Mahadi I, Syafi’i W, Sari Y. 2016. Pengaruh pemberian hormon 2, 4-D dan BAP terhadap pertumbuhan kalus jeruk kasturi (Citrus microcarpa). Jurnal Biogenesis 12(2): 99–104.
  24. Marlin, Yulian, Hermansyah. 2012. Inisiasi kalus embriogenik pada kultur jantung pisang curup dengan penambahan sukrosa, BAP dan 2,4-D. Jurnal Agrivor. 11(2): 275–283.
  25. Nisak K, Tutik N, Kristanti IP. 2012. Pengaruh kombinasi konsentrasi ZPT NAA dan BAP pada kultur jaringan tembakau Nicotiana tabacum var. Prancak 95. Jurnal Sains Dan Seni POMITS 1(1): 1-6.
  26. Purba RV, Yuswanti H, Astawa ING. 2017. Induksi kalus eksplan daun tanaman anggur (Vitis vinivera L.) dengan aplikasi 2,4-D secara in vitro. E-Jurnal Agroekoteknologi Tropika 6(2): 218-228.
  27. Purnamaningsih R, Misky A. 2011. Pengaruh BAP dan NAA terhadap induksi kalus dan kandungan artemisinin dari Artemisia annua L. Berita Biologi 10(4): 482-483.
  28. Rahmawati PD. 2007. Pengaruh konsentrasi 2,4-D terhada pertumbuhan dan kandungan senyawa isoflavon daidzein dan genistein dari kalus kedelai (Glycine max L. Merr). SKRIPSI. Jurusan Biologi Lingkungan Fakultas dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Islam Malang.
  29. Saikia M, Shrivastava K, Singh SS. 2013. Effect of culture media and growth hormones on callus induction in Aquilaria malaccensis 65 Lam., a medicinally and commercially important tree species of North East India. Asian Journal of Biological Science 6(2): 96 – 105.
  30. Samudin S. 2009. Pengaruh kombinasi auksin-sitokinin terhadap pertumbuhan buah naga. Media Litbang Sulawesi Tengah 2(1): 62-66.
  31. Seswita D. 2010. Som Jawa (Talinum paniculatum) ginseng Indonesia penyembuh berbagai penyakit. Jurnal Warta Penelitian dan Pengembangan Tanaman. 16 (2): 21-23.
  32. Sudarmadji. 2003. Pengaruh Benzyl Amino Purine pada pertumbuhan kalus kapas secara in vitro. Buletin Teknik Pertanian 8(1): 8-10.
  33. Sugiarso S, Fauzi, Nurhadi M. 1996. Pengaruh konsentrasi dan saat pemberian NAA lewat daun terhadap hasil Som Jawa (Talinum panculatum). Prosiding Seminar Nasional Pokjanas Tanaman Obat Indonesia XI, Surabaya.
  34. Syabana MA, Pipit M, Nuniek H, Iim R. 2017. Induksi dan pertumbuhan kalus tanaman stevia (Stevia Rebaudiana Bertoni M.) dengan perbedaan konsentrasi PEG (Polyethylene Glycol) pada kondisi pencahayaan secara in vitro. Biodidaktika 12 (2): 67-68.
  35. Syahid SF, Hernani. 2010. Pengaruh zat pengatur tumbuh terhadap pembentukan dan pertumbuhan serta kandungan sinensetin dalam kalus pada tanaman kumis kucing (Orthosiphon aristatus). Jurnal Littri. 7(4): 99-103.
  36. Toharah NI, Dwi SDJ, Lalu Z. 2015. Pertumbuhan kalus daun Melon (Cucumis melo) varietas MAI 119 dengan pemberian BAP (Benzyl Amino Purine) dan 2.4 D (2.4 Dichlorophrmoxyacetic Acid). Jurnal Penelitian Pedidikan IPA 1 (2): 39-47.
  37. Wahyuni A, Satria B, Zainal A. 2020. Induksi kalus Gaharu dengan NAA dan BAP secara in vitro. Agrosains: Jurnal Penelitian Agronomi 22(1): 39-44.
  38. Wardani DP, Solichatun, Setyawan AD. 2004. Pertumbuhan dan produksi saponin kultur kalus Talinum paniculatum Gaertn. pada variasi penambahan asam 2,4-Diklorofenoksi Asetat (2,4-D) dan Kinetin. Biofarmasi 2(1): 35-43.
  39. Widiyastuti LO. 2015. Induksi kalus pada eksplan batang tanaman binahong (Anredera cordifolia) secara in vitro dengan konsentrasi 2.4 D dan BAP yang Berbeda. SKRIPSI. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Muhammadiyah Surakarta.
  40. Yuniardi F. 2019. Aplikasi dimmer switch pada rak kultur sebagai pengatur kebutuhan intesitas cahaya optimum bagi tanaman in vitro. Indonesian Journal of Laboratory 1(4): 8-13.